Oleh Dedy Armayadi
Petang tadi sungguh menakjubkan. Saya terkesan menyaksikan sebuah reality show “Naik Haji Gratis”. Seorang ustadz bernama Abdurrahman terpilih menjadi peserta yang berhak ikut “Naik Haji Gratis” itu.
Saya tidak terlalu paham seperti apa kriteria pemilihan orang seperti Ustadz Abdurrahman. Tapi dari rangkaian pengujian yang dilakukan tim reality show (RS) saya bisa melihat seperti apa sosok Ustadz Abdurrahman sehingga terpilih menjadi peserta "Naik Haji Gratis".
Dengan kamera tersembunyi, tim RS mengamati keseharian aktivitas ustadz. Sekali waktu tim mengamati ustadz ketika mengajar di madrasah. Ustadz kala itu terlihat sedang mengajar. Disaat ustadz mengajar itu, tiba-tiba datang seorang muridnya. Murid ini terlambat. Ia kemudian masuk ke kelas dan menghadap pak ustadz.
“Maaf pak ustadz, saya terlambat,"kata murid tadi. "Saya ke sini mau bilang sama pak Ustadz. Saya tak bisa melanjutkan sekolah lagi.”
“Kenapa?”tanya pak Ustadz perlahan.
“Ibu saya tak punya biaya,”ujar si murid polos.
Ustadz lalu merangkul si murid. Dia mencoba menghadapinya dengan tenang. Ustadz menyarankan kepada muridnya itu agar tidak berhenti sekolah. Sekalau tidak mampu, Ustadz mau menanggung biaya si murid.
Tak hanya sekadar mengamati aktivitas Ustadz Abdurrahman, Tim RS juga melakukan pengujian.
Saat itu siang terasa terik. Di jalanan kendaraan berlalu lalang. Tak urung debu-debu jalanan beterbangan. Ustadz berdiri di tepi jalan. Selang beberapa menit, tak jauh darinya berhenti sebuah oplet hijau. Seorang ibu turun dari oplet itu. Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba terlihat ibu dan supir oplet terlibat pertengkaran. Rupanya ibu tadi tidak memiliki uang untuk membayar supir oplet.
Pertengkaran masih berlangsung ketika Ustadz datang mendekat. Ia kemudian bertanya kepada ibu tadi. Dan setelah itu terlihat ustadz memberikan selembar uang ribuan kepada ibu. Ustadz telah berhasil melewati pengujian itu.
Malam harinya tim RS mendatangi sebuah surau tempat ustadz menjadi imam dan tempat berkumpul murid-murid pengajiannya, ibu-ibu dan remaja. Namun entah bagaimana skenarionya, yang jelas tim RS bukan hendak bertemu Ustadz Abdurrahman, tapi bertanya keberadaan Ustadz Yusuf. Karena di surau tak ada Ustadz Yusuf, tim RS keluar dari surau. Kebetulan saat Tim RS keluar, mereka berpapasan dengan Ustadz Abdurrahman yang baru saja tiba di surau.
Saat berpapasan itulah Tim RS bertanya kepada Ustadz Abdurrahman tentang keberadaan Ustadz Yusuf. Entah bagaimana pembicaraan langsung mengarah ke Ustadz Abdurrahman. Tim RS bertanya kepada Ustadz tentang dirinya.
Rupanya pak Ustadz memiliki tiga anak. Ada yang masih kuliah dan SMA, yang tua menjadi guru TK. Pendapatan pak ustadz dari mengajar di madrasah kurang lebih Rp 500.000 per bulan.
"Apa cukup pak Ustadz?" tanya seorang dari Tim RS. “Ya, cukup ngga cukuplah, bagaimana lagi,” jawab pak Ustadz.
Lalu bagaimana kalau tidak cukup?
“he...he... biasanya saya pinjam uang dulu sama anak,“kata pak Ustadz malu-malu.
Walaupun penghasilan pak Ustadz tidak seberapa, tapi ia tetap bersyukur dengan apa yang telah diperolehnya saat ini.
Tim RS dan pak Ustadz kemudian masuk ke dalam surau. Di sana telah menunggu murid-murid pengajiannya. Menurut murid-muridnya, pak Ustadz adalah sosok yang sabar. “Kesabarannya paling tinggi,”kata seorang ibu. Mungkin karena itulah pak Ustadz mudah merangkul ibu-ibu, muridnya.
Kemudian Tim RS mengumumkan pemenang hadiah "Naik Haji Gratis". Mendengar kabar pak Ustadz terpilih sebagai pemenang, sontak ibu-ibu dan remaja pengajian itu bersyukur. Bahkan terlihat dari mereka ada yang berkaca-kaca. Disela-sela ucap syukur yang mendalam dari muridnya, pak ustadz hanya diam, walaupun tampak dari garis wajahnya memancarkan kebahagian.
Saya senang dengan kisah dari reality show ini, terutama kisah bagaimana cara pak ustadz mendekati anak-anak muridnya, dan ibu-ibu pengajian. Apalagi tindakan dan perkataan pak ustadz memang mengundang simpati. Karena itu pulalah pak ustadz dicintai murid-muridnya dan mudah merangkul ibu-ibu. Dan yang lebih penting adalah pak ustadz berhasil menyampaikan syiar Islam tidak dengan kekerasan dan kekuatan fisik. Tapi dengan menunjukkan perkataan yang lembut dan sifat yang patut diteladani.[]
Minggu, 27 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar